Diskes Kumpulkan Petugas Tracing dan Testing Covid 19 untuk tingkatkan kemampuan
“Data yang terinput di sistem tracing dan Testing Covid 19 Provinsi Bali masih kecil. Oleh sebab itulah, kami mengumpulkan semua tim tracing dan testing untuk mengetahui permasalahannya. Mari kita satukan persepsi dan tingkatkan profesionalitas serta mencari upaya agar bisa meminimalisir ketakutan masyarakat untuk tes Covid-19, sehingga temuan kasus di lapangan bisa terinput dengan baik,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Wayan Widia,SKM,M.Kes saat membuka acara pertemuan tim tracing dan tim Testing Covid-19 se-Bali secara Daring, Kamis, 5 Agustus lalu.
Kegiatan ini dipandu oleh Cok Sri dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Lebih lanjut, Widia menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat urgent dilakukan, karena capaian tracing dan testing covid-19, di lapangan, khususnya di Bali sangat rendah.
Setelah digali ke beberapa tim di lapangan, ternyata ada beberapa hal pokok yang menyebabkan hal itu sangat rendah. Diantaranya adalah kurang pahamnya beberapa tim tracing menginput data di lapangan, kurangnya koordinasi dengan Tim Covid-19 di wilayah setempat, adanya alamat siluman atau tidak sesuai antara KTP dengan alamat tinggal, ketakutan masyarakat untuk menjadi tracing dari mereka yang terinfeksi covid-19 dan ketakutan masyarakat untuk diisolasi terpusat setelah hasil tes mereka positif.
Seperti yang diungkapkan oleh Petugas tresing dan Test Puskesmas Tembuku 2 Kabupaten Bangli, Sudarsana. Justru dirinya merasa keteteran ketika ada banyak kasus, sedangkan jumlah tim tresing dan tes sangat sedikit di lapangan. Ditambah kurangnya penguasaan teknologi untuk menginput data ke SSO. Terutama Tim swaber yang ada di wilayah Puskesmas yang terketak di pusat kota Bangli.
Sementara itu, Putu Suartawan dari puskesmas Tembuku juga menyampaikan kendala lapangan yang dialaminya. ” Hampir semua masyarakat takut dijadikan tracing dan di tes. Selain ketakutan, juga mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 enggan untuk membuka kepada petugas bahwa dirinya sudah kontak dengan siapa saja,”katanya.
Hal yang sama juga dialami Puskesmas Klungkung 2. Menurut petugas tracing dan testing Klungkung 2, Sumiarta, banyak sekali kendala yang ditemui di lapangan. Selain terkait teknologi, juga adanya ketakutan masyarakat untuk dijadikan tracing dan di test. “Mereka semua ketakutan untuk di tes. Karena kalau positif paati dibawa ke karantina kabupaten,”katanya.
Sedangkan dari Puskesmas Kediri 1 Putu Asrina juga mengungkapkan kesulitannya terkait minimnya tenaga tracing di lapangan. ” Kami merasa kesulitan melakukan tracing ketika kasus Covid-19 meledak di Tabanan. Hampir setiap hari puskesmas Kediri 1 menemukan 25 kasus positif,”katanya. (Humas Dinas Kesehatan Provinsi Bali)