Peningkatan Mutu SDM dan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan (Kesling) sebagai salah satu upaya kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali memprioritaskan pembangunan kesehatan melalui peningkatan akses dan pelayanan kesehatan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan lingkungan secara optimal diperlukan pelayanan kesling yang terintegrasi lintas program dan sektor. Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesling terintegrasi Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengadakan orientasi pelayanan kesehatan lingkungan selama 3 hari (29-31 Juli 2019).
Bertempat di UPTD Bapelkesmas Diskes Bali orientasi tersebut diikuti oleh petugas sanitasi di Puskesmas se-Bali dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali. Kadiskes Bali dr. Ketut Suarjaya, MPPM berharap dengan orientasi ini mampu mencetak SDM yang handal. SDM tersebut dapat berperan dalam meningkatkan kemampuan petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas. Orientasi ini juga bertujuan untuk menjelaskan kebijakan kesehatan lingkungan dan kebijakan dasar puskesmas. Selain itu juga menjelaskan faktor risiko penyakit berbasis lingkungan, menjelaskan penyelengaaan Yankesling di Puskesmas dan standar baku mutu kesehatan Lingkungan. Petugas juga diharapkan dapat melakukan konseling, inspeksi, intervensi dan mempraktekan kesehatan lingkungan di lapangan.
Upaya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip penyelenggaraan Puskesmas terutama keterpaduan dan kesinambungan. Upaya Kesehatan Lingkungan bersinergi dengan upaya kesehatan lain, baik upaya kesehatan masyarakat esensial maupun upaya kesehatan masyarakat pengembangan lainnya. Pembinaan pelayanan kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan secara holistik dimulai dari komitmen, kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi program melalui penguatan dukungan manajemen.
Upaya mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas merupakan kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan kuratif. Dilakukan secara berkesinambungan. Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas juga menjadi bagian penting dari Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota. Selain itu, merupakan indikator bagi Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanannya terhadap masyarakat.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat baik dan penting dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Lingkungan. SDM ini sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan seperti melakukan Konseling, Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Intervensi Kesehatan Lingkungan, dan memilih serta mengembangkan Teknologi Tepat Guna. Oleh karenanya SDM di Puskesmas perlu diberi kapasitas peningkatan pengetahuan terkait pelayanan Kesehatan Lingkungan serta diberikan Informasi yang terkini (terupdate) agar memiliki wawasan yang luas. Kenyataan di lapangan sampai saat ini, banyak Petugas Kesehatan Lingkungan yang mengalami mutasi di wilayah kerjanya, serta banyak petugas Kesehatan Lingkungan yang baru bekerja (Fresh Graduate), sehingga belum semua SDM di Puskesmas memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baik.
Peningkatan upaya-upaya promosi dan pencegahan di hulu
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara bermakna. Penyebab kematian dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada tahun 2007 menjadi 12,1 per mil pada tahun 2013. Selain itu, kajian dari Litbangkes tahun 2014 menunjukkan pola yang serupa yaitu penyebab kematian tertinggi didominasi oleh stroke (21%), penyakit jantung (12,9%), diabetes melitus (6,7%) dan hipertensi dengan komplikasinya (5,3%).
Hasil pengukuran kebugaran anak sekolah dasar di Provinsi Bali Tahun 2018, menunjukkan hasil pengukuran kebugaran dari 493 siswa, tingkat kebugaran Baik sekali (5.06%), Baik (13,56%), Cukup (19,64%), Kurang (27,13%), Kurang Sekali (34,62%). Kurang aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko yang berperan untuk terjadinya Penyakit Tidak Menular. Konsekuensi dari situasi ini adalah pembiayaan kesehatan menjadi lebih mahal. Sebab, Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit kronis dan memerlukan pengobatan terus-menerus. Beban ini semakin meningkat jika terjadi komplikasi penyakit, kecacatan dan kematian prematur. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular dan proyeksi beban penyakit maupun beban biaya yang akan dihadapi ke depan perlu disikapi dengan tepat dan benar. Oleh karena itu, upaya-upaya promosi dan pencegahan di hulu perlu lebih ditingkatkan agar pembiayaan di hilir dapat berkurang.