Peran Desa Mengatasi Stunting di Bali

Beranda Daftar Berita Kegiatan Kesmas Peran Desa Mengatasi Stunting di Bali

Salah satu fokus pemerintah Pusat dan Provinsi Bali saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal. Dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting. Antara lain perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting. Baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.

Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan. Permberdayaan terkait dengan kesehatan sesuai dengan konsep dan wacana UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat). Merupakan salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Beberapa contoh UKBM yang ada di masyarakat misalnya Posyandu, Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), Posbindu PTM dan lain-lain.

Peran pemerintah desa sebagai wakil pemerintah di desa sangat penting dalam menanggulangi stunting di wilayahnya. Desa diharapkan dapat membuat program-program yang inovatif dalam mengatasi stunting di wilayahnya sesuai dengan kemampuan sumber daya dan keuangan yang ada di desa.

Kabupaten Gianyar pada tahun ini masih menjadi fokus pemerintah provinsi Bali dalam menuntaskan stunting pada tahun ini. Angka prevalensi kasus Stunting pada balita hasil Riskesdas 2018 di kabupaten Gianyar sebesar 12,1 persen. Untuk itu maka Dinas Kesehatan Provinsi Bali melalui Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melakukan pembinaan langsung ke 10 (sepuluh) desa di kabupaten Gianyar yang memiliki angka stunting yang cukup tinggi. Desa – desa tersebut adalah desa Lebih, Siangan, Lodtunduh, Singakerta, Sanding, Manukaya, Pupuan, Taro, Kedisan dan Bresela.

Pembinaan dilakukan guna mengatahui upaya apa saja yag telah dilakukan di desa untuk mengatasi stunting. Upaya yang dapat ditambahkan untuk mempercepat penanggulangan stunting ini. Dari pembinaan ini diketahui bahwa telah banyak upaya yang dilakukan di desa. Misalnya dalam penganekaragaman pemberian makanan tambahan, pemantauan tumbuh kembang anak secara teratur, revitalisasi kader posyandu. Serta memberikan penyuluhan tentang cara penanganan dan pencegahan stunting kepada orangtua. Beberapa upaya lain yang akan dilakukan selanjutnya adalah upaya meningkatkan sanitasi lingkungan melalui pembuatan jamban bagi keluarga yang belum memiliki jamban dimana kurangnya sanitasi merupakan salah satu faktor terjadinya stunting di masyarakat

(Sumber : Ni Kadek Widiastuti, SKM,MPH Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali)

Skip to content