Untuk menjawab tantangan target Sustainability Development Goals (SDGs) tahun 2030 dan melakukan evaluasi kegiatan TBC tahun 2024 dan perencanaan kegiatan 2025, Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan) Provinsi Bali menggelar acara Pertemuan Monitoring dan Evaluasi (Monev) program Tuberkulosis (TB) 2024 di Quest Hotel San Denpasar, Jalan Mahendradata No 93 Denpasar.
Acara berlangsung dari Selasa 1 Oktober 2024 sampai Kamis 3 Oktober 2024 dan dibuka langsung Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom, M.Kes dan diikuti oleh jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Kesehatan 9 Kabupaten Kota beserta Pengelola Program TBC nya, PT pos Indonesia, KOPI TBC Provinsi Bali dan PPTI Wilayah Bali.
6 Narasumber dilibatkan dalam kegiatan tersebut diantaranya adalah Kepala Dinas Kesehatan sendiri, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Kepala Seksi P2PM Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Pengelola Program TBC Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang Bali dan SR Manager Komunitas Eliminasi TBC Provinsi Bali Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI.
Dr dr I Nyoman Gede Anom menegaskan, Tantangan SDGs 2030 harus dijawab secara bertahap. Dimana tantangan SDGs tersebut adalah mengakhiri epidemi TBC, yaitu mencapai penurunan 90% kematian akibat TBC dan penurunan insidens TB 80% dibandingkan tahun 2015. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan sinergi antara pelaksana kegiatan TBC di pusat dan daerah serta dukungan lintas program dan lintas sektor agar target tesebut tercapai.
“Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat, secara Global, estimasi kasus TBC sebanyak 10.600.000 kasus. Indonesia bersama negara beban tinggi TBC lainnya menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia, dan menempati posisi ke-2 setelah India,”katanya.
Dari Global TB Report 2023 ungkap Dr dr I Nyoman Gede Anom, di Indonesia didapatkan bahwa estimasi beban TBC sebesar 1.060.000 kasus, sementara di Provinsi Bali estimasi beban TBC sebesar 6.497 kasus,”katanya.
“Capaian beberapa indikator program TBC per 2 September 2024 di Provinsi Bali masih belum optimal, seperti cakupan penemuan kasus TBC (treatment coverage) sebesar 54,3% dari target Januari-Agustus sebesar 60% (target satu tahun 90%), serta Angka keberhasilan pengobatan/ Treatment Success Rate (TSR) TBC SO sebesar 80% (target 90%) dan TBC RO sebesar 60% (target 80%). Selain itu capaian Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkuosis (TPT) pada kontak serumah baru mencapai 16% dari target Januari-Agustus sebesar 45,3%,”paparnya.
Dalam Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020 – 2024 imbuh Dr dr I Nyoman Gede Anom, terdapat enam strategi utama yang diperlukan untuk mencapai target tersebut, yaitu (1) Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis tahun 2030 (2) Peningkatan akses terhadap layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien.
“Untuk poin 3 adalah Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan tuberculosis serta pengendalian infeksi; (4) Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tatalaksana tuberkulosis; (5) Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektor lainnya dalam eliminasi tuberkulosis; (6) Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan,”paparnya. ***Humas Dinas Kesehatan Provinsi Bali