Evaluasi Capaian 2024 dan Siapkan Program TBC 2026, Dinkes Provinsi Bali Gelar Rakorwil SR-SSR Komunitas TBC Provinsi Bali
”Untuk melihat dan mengukur keberhasilan implementasi Program TBC Komunitas di wilayah intervensi, maka perlu dilakukan evaluasi. Oleh sebab itulah perlu dilaksanakan Pertemuan Koordinasi TBC tingkat Provinsi Bali sebagai wadah evaluai capaian program Tahun Implementasi 2024, serta rencana implementasi program ditahun 2025-2026,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom, M.Kes saat membuka acara Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) SR-SSR Komunitas TBC di B Hotel Bali and Spa Jalan Imam Bonjol No 508 Pemecutan Klod Denpasar, Senin, 24 Pebruari 2024.
Lebih lanjut, Dr dr I Nyoman Gede Anom juga mengatakan, rapat koordinasi ini diikuti oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali 1 orang sebagai Narasumber, SR Komunitas Eliminasi TBC Provinsi Bali 5 orang Peserta, PPTI Cabang Badung sebanyak 4 orang Peserta, PPTI Cabang Buleleng sebanyak 3 orang Peserta, Cabang PPTI Denpasar sebanyak 4 orang Peserta, IU Kabupaten Gianyar sebanyak 3 orang Peserta dan IU Kabupaten Tabanan sebanyak 3 orang peserta. Dan acara ini dilaksanakan selama dua hari yaitu Senin 24 Pebruari 2025 sampai dengan Selasa 25 Pebruari 2025.
“Dalam rapat koordinasi ini ada beberapa hal penting yang perlu diagendakan diantaranya adalah Kebijakan dan Situasi TBC di Provinsi Bali, Kontribusi komunitas dalam program TBC di Provinsi Bali dan Target program TBC tingkat Provinsi dan Kab/Kota. Dilanjutkan dengan penyampaian capaian program tahun 2024 dilanjutkan dengan diskusi. Lalu dilanjutkan dengan serapan keuanganProgram Tahun 2024,”katanya.
Dr dr I Nyoman Gede Anom mengungkapkan Indonesia merupakan negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia setelah India.
“Berdasarkan WHO-Global TB Report 2023, didapatkan bahwa estimasi beban TBC sebesar 1. 060.000 (385 per 100.000 penduduk). Angka ini meningkat dari estimasi beban TBC sebelumnya sebesar 969.000 (354 per 100.000 penduduk). Angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 150.000 kasus, dengan tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk. TBC bisa menyerang orang dewasa dan anak-anak. Terjadinya TBC dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain imunitas rendah karena berbagai sebab seperti KKP (kekurangan kalori protein) dan ODHIV (orang dengan HIV). Faktor risiko lainnya adalah usia lanjut, kehamilan, diabetes dan pola hidup yang tidak sehat,”katanya.
Kegawatdaruratan situasi TBC di Indonesia menurut Dr dr I Nyoman Gede Anom mendapat perhatian khusus dari Presiden RI yang menyatakan dukungannya pada Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC, 29 Maret 2020. Ditindak lanjuti dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis pada awal Bulan Agustus tahun 2021. Pemerintah telah mengambil langkah konkret dalam mengatasi penyakit yang sangat mematikan ini. Tentunya hal tersebut merupakan sebuah prestasi dan lompatan besar dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia, dimana dibutuhkan komitmen, rasa kepemilikan yang kuat, serta kerja kolaboratif, tidak hanya oleh lintas sektor pemerintah, tetapi juga swasta dan komunitas atau organisasi masyarakat sipil (OMS). Peraturan Presiden No. 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis yang mengamanatkan bahwa Penanggulangan TBC harus didukung seluruh jajaran lintas sektor bersama seluruh lapisan masyarakat guna mewujudkan Eliminasi TBC 2030.
“SR (Sub-Recipient) Komunitas PB-STPI Provinsi Bali merupakan pelaksana Program TB Komunitas 2021-2024 yang melalui pendanaan dari PR Konsorsium Komunitas Penabulu STPI sebagai PR GF ATM, akan mengemban dua fungsi utama yaitu menjalankan aktivitas
program TB Komunitas pada tingkat Provinsi di Provinsi Bali, dan menyalurkan serta mengkoordinasikan aktivitas program pada tingkat Kabupaten/Kota. Pada tahun 2024-2026 SR Komunitas PB-STPI Provinsi Bali dan PPTI Cabang Kabupaten/Kota sebagai SSR (Sub Sub Recipient) akan kembali melaksanakan kegiatan implementasi program TBC Komunitas di wilayah intervensi Provinsi Bali. Untuk melihat dan mengukur keberhasilan implementasi
program TBC Komunitas di wilayah intervensi, maka perlu dilakukan evaluasi. Oleh karena itu perlu diselenggarakan Pertemuan Koordinasi Komunitas TBC Tingkat Provinsi Bali sebagai wadah evaluasi capaian program di tahun implementasi 2024, serta rencana implementasi program di tahun 2025-2026,”ungkapnya.
Dengan demikian, imbuh Dr dr I Nyoman Gede Anom, perlu dilakukan konsolidasi dan sosialiasi program tahun 2025, koordinasi capaian dan serapan program, pembelajaran lapangan, peningkatan kapasitas, pemetaan risiko program, serta koordinasi isu-isu selama implementasi program. Pertemuan koordinasi wilayah ini juga sebagai salah satu bagian peningkatan kapasitas menyesuaikan dengan isu-isu yang berkembang selama implementasi program.
“Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk konsolidasi internal SR dengan SSR terkait programatik, keuangan dan pencatatan pelaporan.Juga sebagai sarana koordinasi eksternal SR dan SSR dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Selain itu juga sebagai langkah diseminasi strategi implementasi program tahun 2024-2026 kepada SSR. Yang terpenting juga adalah untuk membangun sinergi program SR-SSR dengan Dinas Kesehatan, Fasyankes dan stakeholder lainnya sesuai peran masing-masing, meningkatkan pemahaman dan pikir kritis SR-SSR/IU terhadap perkembangan isu terkini yang berkaitan dengan peran komunitas mendukung eliminasi TBC serta memperkuat rencana kerja SR-SSR/IU menjawab strategi dalam mencapai target program pada periode tahun 2024-2026,”jelasnya.
Dr dr I Nyoman Gede Anom pun menyampaikan harapan yang ingin dicapai pada Rapat Koordinasi Wilayah ini, yaitu adanya evaluasi capaian 2024 bersama SSR 2, adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan mengenai kontribusi komunitas dan target Tahun 2025, adanya diseminasi strategi implementasi program tahun 2024-2026 kepada SSR, adanya sinergi program SR-SSR dengan Dinas Kesehatan, Fasyankes dan stakeholder lainnya sesuai peran masing-masing, adanya peningkatan pemahaman dan pikir kritis SR-SSR/IU terhadap perkembangan isu terkini yang berkaitan dengan peran komunitas mendukung eliminasi TBC dan adanya rencana kerja SR-SSR/IU menjawab strategi dalam mencapai target program pada periode tahun 2024-2026.* Humas Dinas Kesehatan Provinsi Bali