Penyakit demam berdarah dan chikungunya mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya adalah penyakit akibat infeksi virus akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Karena gejalanya yang mirip dan dua penyakit tersebut bersifat endemik Indonesia, maka kita wajib mengetahui lebih banyak perbedaaan kedua penyakit tersebut.
Sekilas tentang DBD dan Chikungunya
Penyakit Chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus yang disebut virus chikungunya yang termasuk dalam keluarga Togaviridae genus alphavirus. Virus chikungunya ditularkan atau disebarkan oleh vector yang sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita sakit (dalam viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Tidak dijumpai penularan dari orang ke orang tanpa perantaraan nyamuk penular.
Sedangkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes. Demam berdarah dengue banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain : rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan dimana banyak timbul genangan-genangan air di sekitar pemukiman seperti talang air, ban bekas, kaleng, botol, plastic, gelas, bekas air mineral, lubang pohon, pelepah dan dan lain-lain.
Perbedaan DBD dan Chikungunya
Gejala yang timbul akibat DBD dan chikungunya bisa sangat mirip, sehingga sulit untuk dibedakan pada tahap awal. Namun, kedua penyakit ini memiliki berbagai perbedaan, berikut penjelasan perbedaan keduanya :
- Penyebab
Seperti yang sudah disebut sebelumnya, kedua penyakit tersebut sama-sama disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Akan tetapi, nyamuk adalah vektor atau perantara saja. Yang sebenarnya menyebabkan penyakit adalah virus. Chikungunya yang sering dianggap sebagai flu tulang disebabkan oleh Togaviridae alphavirus, sedangkan demam berdarah dengue disebabkan oleh Flaviviridae flavivirus.
- Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan dari masuknya virus ke dalam tubuh manusia sampai timbulnya gejala. Masa inkubasi virus dengue adalah 4-7 hari (kisaran antara 3-14 hari), sedangkan chikungunya memiliki masa inkubasi yang lebih singkat, yaitu bisa dimulai sejak 3 hari (kisaran 2-12 hari) setelah gigitan. Namun, perbedaan antar keduanya sebentar, sehingga sulit diandalkan untuk membantu diagnosis.
- Perbedaan Gejala
Penderita demam berdarah akan mengalami gejala kepala berat atau pusing, sakit pada sendi dan otot, nyeri menelan, batuk, perut tidak nyaman atau nyeri dibarengi mual, muntah ataupun diare, demam, perdarahan, dan syok. Siklus demamnya punya ciri khas, yaitu turun naik dengan pola menyerupai bentuk pelana kuda. Penderita akan mengalami fase demam tinggi antara 39-40 derajat Celsius. Kemudian, penderita akan masuk ke dalam fase kritis dengan gejala demam menurun drastis (kembali ke 37 derajat Celcius). Pada fase kritis ini, penderita berisiko mengalami shock syndrome yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, gelisah, kesadaran menurun, ujung tangan dan kaki terasa dingin, bibir kebiruan, serta wajah pucat dan tubuh berkeringat.
Sementara itu, untuk pola demam chikungunya, tidak ada pola khusus seperti demam berdarah. Penyakit ini juga jarang menyebabkan perdarahan. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok.
- Temuan Laboratorium
Pada kasus demam dengue, pasien akan mengalami penurunan kadar trombosit hingga di bawah normal, yakni 100.000. Kadar hematokrit penderita juga biasanya meningkat. Pada kasus chikungunya, tidak tampak penurunan kadar trombosit yang berarti. Kalaupun ada, tidak sedrastis demam berdarah, begitu juga dengan kadar hematokrit. Perubahan signifikan tampak dari kadar leukosit yang meningkat.
- Adanya Nyeri Sendi
Pada chikunguya, pasien akan mengeluhkan adanya nyeri sendi yang berat. Bahkan, keluhan ini juga dapat bertahan beberapa bulan setelah infeksi. Temuan ini jarang ditemukan pada DBD.
Pencegahan Chikungunya dan DBD
Satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah menghindari gigitan nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Mengingat penyebar nyamuk ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut. Menaburkan larvasida (bubuk abate) secara teratur setiap minggu atau memelihara ikan pemakan jentik nyamuk pada kolam-kolam. Pembersihan lingkungan dari tempat – tempat perkembangbiakan nyamuk penular dan penggunaan kawat pelindung nyamuk di pintu dan jendela juga diperlukan. Selain itu penggunaan pakaian lengan panjang dan celana panjang serta menggunakan gel anti nyamuk cukup efektif mencegah gigitan nyamuk penular ini. Bila disederhanakan lagi maka ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan menjaga lingkungan sehat dan bersih dengan 3M: menguras, menutup, dan mengubur untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. (Ni Kadek Widiastuti, SKM,MPH, diolah dari beberapa sumber)