“Rendahnya orang yang mau berobat saat depresi berpotensi menjadi penyebab bunuh diri atau menjadi gangguan jiwa yang berat. Oleh sebab itu, upaya pemerintah dalam pengendalian gangguan jiwa pada masyarakat diawali dengan kegiatan skrining, pengobatan dan rujukan yang didukung secara lintas program dan lintas sektor terus dikembangkan” disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M.Kes dalam sambutan beliau pada pembukaan acara Orientasi Skrining Kesehatan Jiwa dan Napza serta Tindak Lanjut Hasil Skrining bagi Pengelola Program Kesehatan Jiwa dan Napza (PPKJN) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Se-Bali, Kamis 29 Agustus 2024 di Nirmala Hotel and Convention Center Jl.Mahendradatta No.81 Denpasar.
Lebih lanjut, Bapak Kepala Dinas menyampaikan, semua kegiatan yang dilaksanakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa, mengurangi stigma, meningkatkan upaya atau akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas, serta meningkatkan cakupan pengobatan atau tataksana terhadap semua gangguan mental yang teridentifikasi.
Dr dr I Nyoman Gede Anom menjelaskan, situasi Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, penduduk ≥15 tahun yang dinilai menggunakan SRQ dan mengalami gangguan jiwa di Indonesia sebesar 2,0%, sedangkan di Provinsi Bali prevalensi lebih rendah dari angka nasional sebesar 0,3%. Prevalensi terbesar pada usia diatas 75 tahun sebesar 3,1% menyusul usia 15-24 tahun sebesar 2,8%. Prevalensi penduduk ≥15 tahun yang mempunyai pikiran mengakhiri hidup dalam satu bulan terakhir di Indonesia sebesar 0,25% sedangkan di Provinsi Bali jauh lebih rendah hanya sebesar 0,06%. Laporan yang diterbitkan WHO pada 2 Juni 2022, secara global diperkirakan satu dari delapan orang mengalami gangguan jiwa atau sekitar 970 juta orang. Situasi ini terutama mencuat selama COVID-19, dimana terjadi peningkatan 26% sampai dengan 28 % gangguan cemas dan depresi.
“Dampak terbesar terjadi pada kalangan remaja, dimana hasil survei global yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan disampaikan pada pertemuan ahli dari 22 negara pada 4 Oktober 2023, 44% responden mengaku merasa sedih atau putus asa hampir setiap hari selama dua pekan atau lebih berturut-turut dan bahkan kurang lebih 20% responden yang secara serius mempertimbangkan untuk mencoba bunuh diri selama 12 bulan sebelum survei,”paparnya.
Survei yang sama untuk gangguan depresi ditemukan dalam 2 minggu terakhir menggunakan Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI) di Indonesia sebesar 1,4%, sedangkan di Provinsi Bali sebesar 0,2%. Kasus depresi yang melakukan pengobatan hanya sebesar 12,7% di Indonesia sedangkan di Bali sebesar 10,4%.
Melalui kegiatan ini, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom berharap agar semua tenaga yang mengikuti Orientasi mampu mendorong, memfasilitasi dan memberi informasi dalam Pengendalian Penyakit Kesehatan Jiwa dan Napza kepada fasilitas kesehatan diwilayah kerja seperti puskesmas, klinik dan rumah sakit.***Humas Dinas Kesehatan Provinsi Bali.