Terapkan pelayanan antenatal sesuai standar di tempat pelayanan kesehatan
Diskes Bali melaksanakan Orientasi Pelayanan Antenatal Sesuai Standar (ANC) di Mega Boutique Hotel (24 September 2019). Orientasi ini bertujuan untuk Menerapkan Pelayanan ANC Terintegrasi sesuai standar di Fasilitas Kesehatan. ANC merupakan salah satu upaya dalam penurunan AKI dan AKB di Bali. Selai itu juga melalui ANC Skrining kasus Risiko tinggi dan komplikasi pada ibu hamil,bersalin dan Nifas dapat lebih ditingkatkan.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena ibu setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan sesuai standar. Termasuk mendeteksi kemungkinan adanya masalah-masalah penyakit yang dapat berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan bayinya. Sehingga tidak cukup hanya bidan yang memegang peranan penting untuk dapat memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas tetapi juga peran Dokter Mengingat penyebab kematian ibu di Bali lebih dari 50% terkait dengan masalah penyakit penyerta pada kehamilan.
Kadiskes Bali dr. Ketut Suarjaya berharap Melalui Orientasi Pelayanan Antenatal Sesuai Standar ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan pada ibu hamil. Sehingga dapat mencegah terjadi kematian ibu di Bali. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu program prioritas dalam Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Penyakit menular seperti malaria, IMS, HIV/AIDS, TB dan lain-lain, yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin semakin meningkat pula. Selain itu pemenuhan gizi dan ancaman stunting juga mempengaruhi kesehatan ibu hamil. Oleh karena itu perlu dilaksanakan ANC sesuai standar dan terintegrasi di Provinsi Bali, kata beliau.
Kematian Ibu di Bali dan Data Sirkesnas 2016
AKI di Bali sudah di bawah target nasional, dan terendah dalam 5 tahun terakhir 68,63 per 100.000 kh dengan jumlah kasus 45 orang tahun 2017, dan tahun 2018 sebesar 52,42 per 100.000 kh jumlah kasus 35 orang. Namun di Tahun 2019 terjadi peningkatan dimana sampai saat ini sudah mencapai 41 kasus. Berdasarkan hasil Audit sesungguhnya kematian masih bisa dicegah dan kejadiannya di fasilitas kesehatan yang kita anggap sudah sesuai standar.
Data Sirkesnas tahun 2016 memperlihatkan masih adanya kesenjangan antara cakupan pelayanan antenatal K1 96,5%, tetapi K4 hanya 72,5%. Sehingga perlindungan terhadap ibu selama masa kehamilan kurang optimal. Selain itu, hanya 2,7% ibu hamil yang menerima layanan ANC 10 T, dan 7,7% layanan dengan ANC 7T. Hal ini menunjukkan masih banyak ibu hamil yang belum mendapatkan pelayanan antenatal yang berkualitas dan sesuai standar. WHO memperkirakan terdapat 15-20% ibu hamil mengalami komplikasi selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas, yang dapat berujung pada kematian maternal dan atau neonatal. Data Sirkesnas menunjukkan bahwa tenaga kesehatan pemberi layanan antenatal terbanyak yaitu dilakukan oleh bidan sebanyak 82,4%, 13,4% oleh dokter SpOG, 0,5% dokter dan 0,5% perawat.
Permasalahan Gizi yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya juga masih tinggi seperti prevalensi anemia ibu hamil sebesar 37,1%. Bumil dengan Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 24,1 %. Selain dapat menyebabkan masalah pada ibu selama kehamilan serta dapat melahirkan bayi dengan masalah gizi seperti bayi dengan berat lahir rendah, atau stunting.