Kadiskes DR dr I Nyoman Gede Anom Pastikan SISHIS Bantu Permudah Catat 24 penyakit di SKDR
“Secure & Interoperable Surveillance and Health Information System (SISHIS) justru permudah pencatatan 24 Penyakit di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Dimana saat ini, strategi sistem kesehatan di Indonesia memiliki 5 prioritas Pembangunan Kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan dasar dengan peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, DR dr I Nyoman Gede Anom, M.Kes, saat menutup acara Pertemuan Post-Pilot Program Sistem Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan yang Aman dan Interoperabel di Hotel Santika Seminyak, Senin 27 Mei 2024 lalu.
Lebih lanjut, DR dr I Nyoman Gede Anom menegaskan, Prioritas itu adalah : Peningkatan kesehatan ibu, anak, reproduksi, Percepatan perbaikan gizi masyarakat, Peningkatan pengendalian penyakit, Pembudayaan Gerakan Masyarakat Sehat dan Penguatan Sistem Kesehatan, pengendalian obat dan makanan.
“Pelaksanaan lima prioritas ini, akan ditransformasikan dalam enam pilar, yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan,”katanya.
Saat itu pula, Kepala Dinas Kesehatan DR dr I Nyoman Gede Anom mengucapkan terima kasih kepada AIHSP dan Raconstra, para narasumber serta panitia atas dukungan yang diberikan, sehingga acara Post-Pilot Program Sistem Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan yang Aman dan Interoperabel bisa berjalan dengan baik.
Di sisi lain, DR dr I Nyoman Gede Anom mengungkapkan bahwa pada pilar transformasi sistem ketahanan kesehatan ini salah satunya dilakukan dengan cara penguatan sistem surveilan penyakit.
“Jikalau ada pandemi lagi supaya kita lebih siap dari sisi obat-obatan, alat-alat kesehatan, tenaga kesehatan cadangan termasuk surveilans terhadap penyakit menular,”ujarnya.
Sumber data kesehatan ungkap DR dr I Nyoman Gede Anom, dapat berasal dari berbagai fasilitas kesehatan (rutin) dan juga sumber lain yang berbasis populasi. Pencatatan data rutin dilakukan oleh berbagai fasiltias pelayanan kesehatan baik layanan primer, sekunder dan tersier.
“Untuk pencatatan data populasi umumnya melalui survei yang dilakukan berkala. Berbagai instrumen sudah digunakan untuk proses pengumpulan data tersebut, terutama dengan pendekatan sistem informasi elektronik,”jelasnya.
DR dr I Nyoman Gede Anom Menambahkan, banyak Dinas Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS), rumah sakit dengan SIMRS, serta berbagai program kesehatan telah mengembangkan sistem informasi yang sangat spesifik seperti program kesehatan ibu dan anak (KIA), SKDR untuk surveilans penyakit potensial KLB, SITT untuk tuberkulosis dan SIHA untuk HIV – AIDS dan sebagainya.
“Namun sistem ini berjalan sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan program masing-masing. Idealnya data yang dikumpulkan dari berbagai sumber tersebut dapat diintegrasikan dalam satu bank data kesehatan, agar dapat dianalisis sesuai kebutuhan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembangunan kesehatan,” paparnya.
Di tahun 2022-2023 jelas DR dr I Nyoman Gede Anom , Reconstra didukung AIHSP (Australia Indonesia Healh Security Partnership) mengimplementasikan program Secure & Interoperable Surveillance and Health Information System (SISHIS), untuk pilot/percontohan penguatan sistem surveilans di Kabupaten Badung dan Buleleng yang melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta baik di tingkat primer dan sekunder.
“Pada dasarnya, SISHIS merupakan “inisiatif yang membangun sistem informasi kesehatan yang ada untuk menjadi interoperable, termasuk melakukan uji coba, implementasi, dan penguatan kapasitas pemegang program surveilans”. Dengan mengadopsi pendekatan bottom-up, SISHIS bekerja dari level fasyankes untuk memperkuat sistem surveilans dan melengkapi SKDR dengan membangun sebuah sumur data yang mampu mendeteksi potensial wabah dengan lebih cepat, tepat waktu, dan akurat,”jelasnya.
Seiring dengan agenda Transformasi Digital Kesehatan, DR dr I Nyoman Gede Anom menuturkan, SISHIS membantu mempermudah pencatatan 24 penyakit di SKDR untuk meningkatkan kualitas data tanpa menambah beban kerja fasyankes.***Humas Dinas Kesehatan Provinsi Bali.