Cegah Kekurangan Gizi pada Remaja di Bali

Beranda Daftar Berita Kegiatan Berita Cegah Kekurangan Gizi pada Remaja di Bali

“Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat. Pada tahap perkembangan remaja, khususnya remaja di Bali sering sekali mengalami kekurangan gizi mikro seperti misalnya kondisi stunting, dan/atau anemia. Sehingga bisa dipastikan kebutuhan remaja akan energi, protein, dan zat gizi mikro meningkat secara signifikan,”ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr.dr I Nyoman Gede Anom, M.Kes dalam sambutannya, yang dibacakan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Kabid Kesmas Dinkes) Provinsi Bali, dr. A. A Sagung Mas Dwipayani, M.Kes dalam acara Penggerakan GERMAS di berbagai Tatanan Akzi Bergizi di SMAN 1 Payangan Gianyar, Kamis, 20 Juli 2023.

Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, Camat Gianyar, Kepala UPT. Puskesmas Payangan, Badan Pengawas Managerial Sekolah SMAN 1 Payangan, Kepala Sekolah SMAN 1 Payangan, Komite Sekolah, Tokoh Masyarakat Payangan, Para Guru serta semua Siswa -Siswi SMAN 1 Payangan.

Lebih lanjut, Dr.dr Nyoman Gede Anom menegaskan, Gizi merupakan komponen yang penting dan memiliki peran sentral untuk mencapai 13 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs).

“Melalui perbaikan gizi, banyak tujuan lain yang bisa tercapai untuk menuju ke perbaikan suatu bangsa. Gizi pada remaja merupakan hal yang krusial, karena banyak kebiasaan-kebiasaan terkait gizi seseorang yang dimulai pada saat remaja, akan dibawa sampai ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, intervensi gizi harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi,”katanya.

Dr.dr Nyoman Gede Anom juga mengungkapkan, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui pendidikan gizi seimbang, fortifikasi pangan, dan suplementasi Tablet Tambah Darah.

“Aksi kegiatan pemberian Tablet Tambah Darah pada remaja putri sudah dilakukan, namun prevalensi anemia masih cukup tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kurangnya kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah,”katanya.

Dr.dr Nyoman Gede Anom juga mengingatkan bahwa Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat dialami oleh semua kelompok umur. Hasil Riskesdas 2018 menunjukan anemia pada anak usia 5-14 tahun tercatat sebesar 26,8% dan usia 15-24 tahun sebesar 32%. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini, saat ini Kementerian Kesehatan sedang menggelar Gerakan Nasional Aksi Bergizi.

“Gerakan ini bertujuan menekan angka stunting melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada seluruh remaja putri yang diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 yang mengatur tentang ketentuan remaja putri menerima TTD. Mengingat kondisi yang perlu diperbaiki asupan gizi pada usia remaja, karena akan terbawa sampai mereka dewasa dan memasuki fase kehamilan,”pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr AA Sagung Mas Dwipayani yang akrab dipanggil dr. Sagung menambahkan, pencegahan anemia pada remaja, dapat dilakukan dengan intervensi perilaku remaja yaitu dengan pelaksanaan pemantauan : (1) Konsumsi makanan sehat dan kaya zat besi dan Minum Tablet Tambah Darah bersama di sekolah/madrasah 1 butir setiap minggu; (2) Edukasi gizi yang bersifat multi-sektor dengan tujuan mempromosikan asupan makan yang sehat, bergizi dan aktivitas fisik; serta (3) Komunikasi untuk perubahan perilaku yang relevan dan komprehensif.

“Implementasi program intervesi ini dikemas dalam Gerakan Aksi Bergizi dapat disinergikan dengan program TRIAS UKS, yaitu pendidikan kesehatan, dengan pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat di tatanan sekolah,”ungkap dr. Sagung. (Humas Dinas Kesehatan Provinsi Bali)

  • Table Tambah Darah
  • Pemeriksaan Kesehatan
  • Pemeriksaan Kesehatan
  • Promkes : kekurangan gizi
Tagged with:
Skip to content